Hari
ini (11/4), saya berkesempatan duduk bersama para penulis dan pembaca
Koran Kompas dalam sebuah acara "Forum Pembaca Kompas;Audience
Engagement" di Hotel Santika Premiere, Gubeng, Surabaya.
Acara
ini diselenggarakan dalam rangka untuk mempererat emosionalitas
pembaca, penulis, dan penerbit Kompas agar saling bertaut antara satu
dan yang lain. Pesatnya perkembangan tekhnologi menjadi faktor utama
Kompas untuk menyajikan kualitas bacaan dan layanan yang terbaik atas
pembaca dan penulis setia Kompas. Tak hanya koran cetak yang terbit
sejak 1920 ini, tapi koran digital ber-versi android telah juga turut
hadir untuk memudahkan pelanggan setia Kompas.
 |
Masduri, Muhammad Bakir, Marlaf, Junaidi Khab |
Di
Forum ini, saya bertemu dengan (Bapak) Muhammad Bakir, beliau
bertindak sebagai Wakil Direktur Kompas sudah sejak 25 tahun yang
lalu. Beliau bekerja sebagai wartawan Kompas sudah sejak tahun
1987-1988, sedangkan saya baru "Nongol" ke dunia pada 1989.
Beliau asal Sumenep. Setelah tahu bahwa beliau orang Sumenep, sehabis
acara, saya dan teman-teman langsung menyapanya kemudian bercengkrama
dengan asyik menggunakan bahasa Madura. Beliau sangat antusias sekali
menyemangati diri untuk bangkit melawan kebodohan. Dari beliau saya
tahu, bahwa ada banyak putra Madura yang prestatif di berbagai lini.
Salah satunya beliau menyebutkan salah satu temannya yang sama-sama
asli Sumenep, sekarang sebagai professor di salah satu kampus ternama
di Amerika. Dari beliau saya juga belajar agar tidak sungkan
berkomunikasi dengan bahasa lokal. Sesama orang Madura, kami "cair"
bercengkrama menggunakan bahasa Madura yang kadang bikin orang di
sekitar kita hanya bisa geleng-geleng kepala.
 |
Bersama Bapak Salomo Simanungkalit |
Selain
itu, kami juga berkesempatan melakukan perbincangan dengan (Bapak)
Salomo Simanungkalit, asal Sumatra Utara. Beliau adalah satu dari
empat tim seleksi Opini Kompas yang bakal terbit. Dari beliau, kami
belajar tentang konsistensi kepenulisan. Tepatnya, menulislah dengan
bidang yang ditekuninya. Menurut beliau, "Tulisan yang baik
adalah tulisan sendiri yang berdasarkan penghayatan (kontemplasi)
yang tinggi, tidak hanya "nyalin", "ngutip" dan
sejenisnya. Perlu ditekuni dan didalami sedalam mungkin atas hal yang
akan ditulis".
Dari
dua sosok tadi, saya semakin bersemangat untuk terus belajar menjadi
pembaca dan penulis yang baik. Membaca sebagai salah satu bekal agar
bijak menjalani hidup dan menulis sebagai sarana berbagi inspirasi
untuk hidup dan kehidupan yang lebih baik.
Seorang
seniman bernama Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya pernah bertutur,
"Dengan membaca anda akan mengenal dunia, dengan menulis anda
akan dikenal dunia". Maka, tekunilah keduanya jika anda ingin
"menguasai" dunia.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan memberi komentar...