Menganggap lucu dan aneh sebuah cerita yang akhirnya membawa pada gelak tawa dipaksakan semakin menghiasi kehidupan ini. Formulasi cerita semakin beranika ragam. Ada memang cerita itu benar adanya dan memang lucu, ada juga cerita itu benar adanya dan tidak lucu tapi dipaksakan bisa lucu, dan yang sangat tragis cerita itu tidak pernah ada (mengada-ada) tapi meyakinkan pendengarnya bahwa cerita itu ada plus diformulasi selucu mungkin. Hal ini selalu bisa terjadi dimana-mana terlebih di berbagai perbincangan santai yang orientasinya tidak jelas. Perbincangan lepas kontrol inilah yang rentan pada cerita fiktif dan pada ujung-ujungnya hanya agar dapat bisa ketawa-ketiwi.
Manusia sering tidak menyadari bahwa hal tersebut akan membawa dampak negatif yang besar dalam hidupnya, dengan tampa ada perasaan bersalah sedikitpun khususnya pada dirinya sendiri dan umumnya pada orang lain kebiasaan itu tetap saja mengalir lepas control. Tindakan-tindakan yang dianggap kecil inilah akan membawa dampak yang cukup besar dalam kehidupan kita : 1) secara dhahir kita akan terbiasa berkata fiktif kepada siapa saja, kerena kita terbangun dengan kebiasaan fiktif, 2) bathin semakin kering yang dampaknya akan membawa pada ketidak tetraman hidup. Gelisah selalu ada didepan mata, 3) mencari kepuasan sesa’at demi terpenuhinya tuntutan syahwat menjadi pekerjaan tampa henti, 4) semakin jauh dari kasih sayang Tuhan. Karakter yang terbangun dari kebiasaan fiktif pasti selalu membawa pada langkah fiktif, segala perbuatannya penuh kebohongan. Kebohongan terus menerus mewarnai perjalanan hidupnya walaupun pada dasarnya hatinya menolaknya. Jiwanya terus menerus kering bahkan ada sampai pada titik menganaskan yaitu kematian.
Akhirnya ketika hati manusia sudah mati, hidupnya semakin tidak terarah, diperbudak oleh nafsu, jauh dari rahmat Tuhan, dan masih banyak lagi sederet panjang langkah hidupnya yang menyengsarakan jiwa raganya. Orang lain juga tidak ketinggalan merasakan dampak negative dari tindakan-tindakan syaitoniyahnya. Tidak heran jika kehidupan ini semakin memburuk bukan semakin membaik meskipun dari berbagai macam ahli konsep dan teori tentang perubahan hidup kejalan yang lebih baik sekarang menjamur di seluruh penjuru bumi, mungkin ide cemerlang dari para ahli tersebut tidak bisa disesusuaikan dengan sikap hidupnya yang paling mendasar yaitu eksisnya kebiasaan berbohong pada dirinya sendiri. Masalah-masalah dari yang terkecil terlebih sampai yang besar masih belum menemukan titik pemecahan yang signifikan, malah memunculkan masalah baru yang tidak kunjung usai.
Marilah mulai sekarang kita bersama untuk merekonstruksi kebiasaan hidup kita dari tindakan yang dianggap sepele sampai tindakan yang serius sekalipun, terlebih yang menyangkut aspek sosial dengan didasari oleh kejujuran pada diri dan orang lain. Wallahua'lam.
Manusia sering tidak menyadari bahwa hal tersebut akan membawa dampak negatif yang besar dalam hidupnya, dengan tampa ada perasaan bersalah sedikitpun khususnya pada dirinya sendiri dan umumnya pada orang lain kebiasaan itu tetap saja mengalir lepas control. Tindakan-tindakan yang dianggap kecil inilah akan membawa dampak yang cukup besar dalam kehidupan kita : 1) secara dhahir kita akan terbiasa berkata fiktif kepada siapa saja, kerena kita terbangun dengan kebiasaan fiktif, 2) bathin semakin kering yang dampaknya akan membawa pada ketidak tetraman hidup. Gelisah selalu ada didepan mata, 3) mencari kepuasan sesa’at demi terpenuhinya tuntutan syahwat menjadi pekerjaan tampa henti, 4) semakin jauh dari kasih sayang Tuhan. Karakter yang terbangun dari kebiasaan fiktif pasti selalu membawa pada langkah fiktif, segala perbuatannya penuh kebohongan. Kebohongan terus menerus mewarnai perjalanan hidupnya walaupun pada dasarnya hatinya menolaknya. Jiwanya terus menerus kering bahkan ada sampai pada titik menganaskan yaitu kematian.
Akhirnya ketika hati manusia sudah mati, hidupnya semakin tidak terarah, diperbudak oleh nafsu, jauh dari rahmat Tuhan, dan masih banyak lagi sederet panjang langkah hidupnya yang menyengsarakan jiwa raganya. Orang lain juga tidak ketinggalan merasakan dampak negative dari tindakan-tindakan syaitoniyahnya. Tidak heran jika kehidupan ini semakin memburuk bukan semakin membaik meskipun dari berbagai macam ahli konsep dan teori tentang perubahan hidup kejalan yang lebih baik sekarang menjamur di seluruh penjuru bumi, mungkin ide cemerlang dari para ahli tersebut tidak bisa disesusuaikan dengan sikap hidupnya yang paling mendasar yaitu eksisnya kebiasaan berbohong pada dirinya sendiri. Masalah-masalah dari yang terkecil terlebih sampai yang besar masih belum menemukan titik pemecahan yang signifikan, malah memunculkan masalah baru yang tidak kunjung usai.
Marilah mulai sekarang kita bersama untuk merekonstruksi kebiasaan hidup kita dari tindakan yang dianggap sepele sampai tindakan yang serius sekalipun, terlebih yang menyangkut aspek sosial dengan didasari oleh kejujuran pada diri dan orang lain. Wallahua'lam.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan memberi komentar...