Seminar yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IAIN Sunan Ampel Surabaya sedikit banyak menyumbangkan pemikiran baru dalam melihat realitas para pemegang kebijakan dinegeri ini. Acara yang dihadiri seorang kritikus handal, negarawan, dan wartawan yang banyak tahu tentang dunia perlemen berbincang lancar tentang performance negative negeri ini. Mulai dari trackrecord orang parlemen yang mayoritas kesukaanya melakukan negoisasi pincang demi kepentingan dirinya atau kelompoknya dalam merencakan dan menetapkan sebuah kebijakan sampai pengaruh globalisme yang menuhankan materi.
Menarik sekali perbincangan tersebut untuk diklarifikasi lebih dalam, karena orientasi perbincangan tersebut tak lain untuk mengembalikan kestabilan negeri ini kejalan yang aman, tentran, damai, dan sejahtrera.
Usulan menarik dari salah satu pembicara acara tersebut di ending opinionnya “ perlu sekali mencari figur peminpin yang masih tetap berpegang teguh pada agama; semisal islam, contohlah kepribadian Nabi Muhammad yang professional dalam mengatur Negara dan agama, masih menurut beliau “jika orang islam yang menjadi penentu kebijakan tetap berpegang teguh pada agama dan tidak menggunakan agamanya sebagai kendaraan politik dan baju formal dalam kebjikannya maka insya Allah negeri ini akan tidak serusak saat ini. Karena orang-orang yang beragama sudah banyak yang meninggalkan agamanya termasuk kiai yang seharusnya memberikan contoh pada jamaahnya sudah bertindak konyol dan menjadikan agama sebatas lebelitas untuk meloloskan rencananya yang busuk alias juga nimbrung dalam arus politik negeri yang muaranya pada kepentingan pribadi, kelompok dan sesaat, maka kerusakan tak dapat terelakkan. Teringat sebuah firman Allah yang garis besarnya adalah “ segala kerusakan didaratan dan dilautan diakibatkan oleh ulah manusia”
Menurut salah satu pembicara yang lain, bahwa masyarakat Indonesia saat ini sudah menuhankan materi alias sudah materialistik. Keberhasilan seseorang bukan dilihat dari sejauh mana mereka bertanggung jawab atas amanah yang di amanahkan kepada dirinya, kejujuran, dan keadilan, tapi diukur dari sejauh mana materi yang melekat dalam dirinya, sehingga tak heran banyak kebijakan-kebijakan yang keluar dari yang seharusnya ia jalankan dan timbullah kata kolusi, nepotisme, dan yang sangat ngetrend saat ini KORUPSI mewarnai perjalanan negoisasinya dengan orang sekitarnya.
Sebagai muslim sejati mari kita contoh Nabi Muhammad sebagai teladan utama ummat islam, dan mari kita jadikan agama ini tidak sekedar lebelitas yang melekat dalam diri. Kerena jika ajaran agama ini benar-benar kita laksanakan, maka karusakan dimuka bumi khususnya di Indonesia Insya Allah dapat diminimalisir, asalkan kita mau memulainya dari diri kita sendiri. Pasti bisa…!
Hasil catatan seminar “kebangsaan” di gudung SAC IAIN Sunan Ampel Surabaya pada hari Rabu, 18 Maret 2009
Menarik sekali perbincangan tersebut untuk diklarifikasi lebih dalam, karena orientasi perbincangan tersebut tak lain untuk mengembalikan kestabilan negeri ini kejalan yang aman, tentran, damai, dan sejahtrera.
Usulan menarik dari salah satu pembicara acara tersebut di ending opinionnya “ perlu sekali mencari figur peminpin yang masih tetap berpegang teguh pada agama; semisal islam, contohlah kepribadian Nabi Muhammad yang professional dalam mengatur Negara dan agama, masih menurut beliau “jika orang islam yang menjadi penentu kebijakan tetap berpegang teguh pada agama dan tidak menggunakan agamanya sebagai kendaraan politik dan baju formal dalam kebjikannya maka insya Allah negeri ini akan tidak serusak saat ini. Karena orang-orang yang beragama sudah banyak yang meninggalkan agamanya termasuk kiai yang seharusnya memberikan contoh pada jamaahnya sudah bertindak konyol dan menjadikan agama sebatas lebelitas untuk meloloskan rencananya yang busuk alias juga nimbrung dalam arus politik negeri yang muaranya pada kepentingan pribadi, kelompok dan sesaat, maka kerusakan tak dapat terelakkan. Teringat sebuah firman Allah yang garis besarnya adalah “ segala kerusakan didaratan dan dilautan diakibatkan oleh ulah manusia”
Menurut salah satu pembicara yang lain, bahwa masyarakat Indonesia saat ini sudah menuhankan materi alias sudah materialistik. Keberhasilan seseorang bukan dilihat dari sejauh mana mereka bertanggung jawab atas amanah yang di amanahkan kepada dirinya, kejujuran, dan keadilan, tapi diukur dari sejauh mana materi yang melekat dalam dirinya, sehingga tak heran banyak kebijakan-kebijakan yang keluar dari yang seharusnya ia jalankan dan timbullah kata kolusi, nepotisme, dan yang sangat ngetrend saat ini KORUPSI mewarnai perjalanan negoisasinya dengan orang sekitarnya.
Sebagai muslim sejati mari kita contoh Nabi Muhammad sebagai teladan utama ummat islam, dan mari kita jadikan agama ini tidak sekedar lebelitas yang melekat dalam diri. Kerena jika ajaran agama ini benar-benar kita laksanakan, maka karusakan dimuka bumi khususnya di Indonesia Insya Allah dapat diminimalisir, asalkan kita mau memulainya dari diri kita sendiri. Pasti bisa…!
Hasil catatan seminar “kebangsaan” di gudung SAC IAIN Sunan Ampel Surabaya pada hari Rabu, 18 Maret 2009
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan memberi komentar...