Q; huruf ini menjadi perbincangan hangat pada badah buku Dear Gani “Perempuang Kembang Jepun” karangannya Lan Fang di depan toko buku IAIN Sunan Ampel Surabaya pada hari Selasa, 14 April 2009. huruf itu juga melahirkan interpretasi yang beragam, terlebih dari pembandingnya dalam bedah buku tersebut yaitu Bapak Habib Musthofa (penulis cerpen Speasis Santri sekaligus dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya).
Q; dalam islam merupakan huruf kesembilan belas dari huruf hijaiyah, angka kesembilan belas merupakan angka kramat dalam islam (melalui pendekatan magis), basmalahpun ada sembilan belas angka, melihat kembali pada sejarah Fir’un, Fir’un tidak pernah sakit yang juga diyakini disebabkan karena diatap tempat tinggal Fir’un tertulis lafadz basmalah. Dan banyak lagi perspektif versi islam tentang ma’na di balik huruf Q.
Lan Fang berbeda. Memaknai Q dengan pemaknaan Quotient (tanda Tanya). Karena menurutnya, setiap gerak langkah manusia awalnya karena sebuah tanda tanya, terlebih dalam bebarapa karangannya Lan Fang pun dimulai dari sebuah tanda Tanya (Quotient). Tanda Tanya akan memulai sebuah langkah untuk mencari jawaban, baik dengan pendekatan kontemplasi (perenungan) ataupun pendekatan lainnya, dan biasanya hasil dari usaha dimaksud bagi seorang penulis akan tertuangkan dalam sebuah tulisan. Semisal dari beberapa karangan Lan Fang tersebut.
Kembali lagi pada hruf Q. perspektif Lan Fang dalam ajaranya, ternyata Q adalah sebuah titik pertemuan antara Ying dan Yang, dimana Ying adalah titik hitam yang melekat pada putih, dan Yang titik putih yang melekat pada hitam. Kesimpulannya sebaik-baiknya seseorang (putih) mesti ada kesalahannya (hitam), begitu juga sebaliknya, maka, marilah (masih menurut Lan Fang) lihatlah seseorang dengan bijaksana.
Lan Fang menekuni tulisan dalam ranah fiksi tidak lepas juga dari sebuah nama yang kadung melekat pada dirinya. Lan : Anggrek, Fang : Harum (pemaknaannya diambil dari bahasa Cina Tionghoa sebagai etnisnya). Menurut Lan Fang “Sepanjang kehidupan ini berlangsung tidak pernah dijumpai yang namanya bunga Anggrek itu harum, jadi, sejak menyadari pada makna nama dirinya itulah Lan Fang sudah diajak bermain-main dalam dunia imajinasi, yang akhirnya tertuang dalam bentuk fiksi sebagai pengejewantahan dari hasil permainannya dalam dunia imajinasi.
Mengagumkan. Ternyata dari kegelisahan yang diawali dengan pertanyaan akan sedikit banyak membantu dalam menawarkan solusi dari problematika kehidupan yang ada. Ini telihat dari setiap karangan tulisan yang ada, khususnya dalam tulisan Lan Fang, dari hasil imajinasinya tersebut terselip beberapa pesan moral sebagai solusi dari problematika kehidupan yang ada ini. Dengan itulah Lan Fang memaknai fiksi sebagai hasil kebebasan berimajinasi yang tertata dan tidak dibatasi oleh siapapun, pembatasnya hanya ada pada hati penghasil fiksi tersebut yang penekanannya pada pesan moral dan selalu bersumber pada Q yang sesungguhnya yaitu hati nurani…
Dengan ini, penulis semakin bisa memahami pesan-pesan Al-Qur’an yang bersifat universal dan rahmat kepada seluruh alam. Ini terbukti dari kekaguman Lan Fang yang basic agamanya Kristen pada kebenaran-kebenaran yang disampaikan oleh Al-Qur’an melalui orang-orang islam itu sendiri, khususnya dari Bapak Habib Mustafa yang posisinya sebagi pembanding dan pemahamannya tentang islam sudah agak dalam. Pak Habib mampu mengemas penyampaian tentang islam dengan begitu memesona hingga menimbulkan ketertarikan tersendiri pada audiencenya terlebih Lan Fang sebagai pengarang novel Dear gani tersebut.
Semoga ini menjadi bagian dari sebuah upaya dan usaha kita menyapaikan kebenaran islam dengan persuasive dan kebenaran dan kebaikan yang sifatnya universal.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan memberi komentar...