Hari Raya Idul Adha 1431 H di Negeri Orang

Sejak dilahirkan kedunia, baru kali ini saya merasakan berhari raya di negeri orang. Jl. Rakyat Dusun 1 Tanjung Anom Kec. Pancur Batu Kab. Deli Serdang, Medan Sumatera Utara. itu alamat lengkap daerah yang kudatangi sejak Minggu, 14 Nopember 2010-Jum'at 19 Nopember 2010. hari-hari kulalui dengan penuh canda tawa, walaupun pada awalnya saya kurang kerasan di daerah ini, tapi karena jadwal kembalinya pesawat ke Surabaya tidak bisa dimajukan, maka dengan segala cara saya harus mencarikan solusi untuk menyulap ketidak kerasanku disini menjadi hari-hari yang penuh makna.



Hari pertama, Minggu, 14 Nopember 2010
Jam 12.20 saya sampai di daerah dimana saya harus berdiam. disitu saya berjumpa dengan sanak keluarga dari ibu tiri, peluk-pelukan, salam-salaman usai sudah. kemudian dilanjutkan dengan cerita-cerita ngalur ngidul untuk sekedar basa-basi dalam melepas rindu. 14.20 Wib saya di instruksikan bapak dan ibu untuk rehat melepas lelah, kemudian saya makan dengan menu khas Medan yang menurut saya bumbunya kurang pas dengan lidah saya yang berlatar Madura. habis makan saya lanjutkan menyusun kata untuk sekedar merefleksikan perjalananku Surabaya-Medan, capek menulis, kutertidur pulas dikamar yang sudah disediakan untukku. bangun tidur, kusegarkan diri dengan mandi, kemudian saya bermunajat kepada sang pemberi kehidupan akan nikmat-Nya yang sudah bisa mempertemukan kembali aku dengan Bapakku yang sudah terpisah selama 4 Tahun.

Kemudian, Senin-Rabu, 15-17 Nopember 2010
Subuhku pada hari Senin hilang bersama cepatnya waktu, hal tersebut karena kukira jadwal sholatnya sama dengan Surabaya, ternyata setelah dikroscek, lebih awal 1 jam dari Surabaya. habis mandi tiba-tiba kakekku dari ibu tiriku mengajakku untuk ngurus sesuatu ke Pamong Desa, balai desa satu kedesa lainnya satu persatu kusinggahi, kemudian, kupelajari, kuresapi, kemudian kubandingkan dengan kondisi Jawa Timur. kutemukan banyak hal, mulai, nyalannya lampu disiang hari dikantor-kantor kelurahan, kumuh, kotor, bau tidak terawat disudut-lembaga pelayanan masyarakat ini. ternyata kondisinya tidak jauh beda dengan kantor-kantor desa yang kudantagi di Jawa Timur. bedanya dengan Jawa Timur, jalan raya daerah sini berdebu penuh polusi jika tidak hujan, dan becek bahkan banjir bila hujan menurut penuturan seseorang. dua hari di Medan, ada beberapa hal yang telah kudapatkan:

Melepas kangen dengan Bapak
Selam kurang lebih 4 tahun saya tidak pernah berjumpa dengan bapak. demi keberlangsungan hidup dan pendidikan aku dan adekkku, bapak bermigrasi kenegeri Miskin Malaysia yang mampu memberi makan penduduknya dan warga Indonesia yang bekerja disana. Indonesia yang katanya kaya masih belum memberikan jaminan kesejahteraan kepada rakyatnya. hingga keputusan pahit yang diambil bapak saya menjadi satu-satunya jawab untuk memberikan pengharapan keberlangsungan hidup layak saya dan keluarga saya. pengorbanan bapak semoga dapat kubalas dengan balasan yang setimpal.

Generasi Muda yang Rusak
Pergaulan generasi muda disini lebih rusak dari yang kuamati di Jawa Timur. anak-anak kecil yang biasanya kalau di Jawa timur bila menjelang Magrib kutemui sudah berduyun-duyun pergi kesurau atau kemasjid untuk belajar ngaji, di Medan tidak kutemui, umur 18th rata-rata sudah menikah dan beranak-pinaknya sangat cepat. pernikahan berumur 1-2 tahun bisa-bisa sudah punya anak 2-3 orang, pendidikan rata-rata tamatan SMP, itupun sedikit bahkan bisa dikatakan jarang ditemui yang melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. nah, pergaulan pacaran niiih yang menurut saya sangat parah. lebih parah dari Surabaya yang notabenenya menjadi kota terbesar ke dua setelah Jakarta. sudut-sudut desa dan kota kutemui banyak sekali tempat-tempat 'Mesum'. kalau saya mengistilahkan 'Prostitusi kelas rendah', karena rata-rata orang didalamnya kaula muda yang hanya bermodalkan motor dan memilih pinggir jalan sebagai tempat kencanya. pinggir jalan kalau di Surabaya di identik dengan pedagang kaki lima, di Medan juga bisa di istilahkan demikian. kerena dilihat dari segala sisi, pelayanan dan kondisinya sama persis dengan pedangan kaki lima di Surabaya, cuma bedanya jarang PKL yang menyediakan tempat mesum di Pinggir jalan, tapi di Medan sebaliknya.

Hari Raya
Hari raya di Medan tidak se-gelegar Jawa Timur, Khsusnya kampung saya sendiri di Sumenep Madura, gema takbir, yang keras dan menggetarkan hati tidak kutemui disini, bahkan Adzan sebagai tanda masuknya sholat lima waktupun nyaris tidak kudengarkan disini.
semangat keber-agama-an tidak sekuat Jawa Timur, ah, sungguh hambar leberanku kali ini dinegeri orang. motong sapi, ayam, kambing sebagai syimbol kebahagiaan menyambut lebaran juga tidak kutemui di negeri ini. hanya mendengar bahwa ada hewan Qurban yang disembelih, tapi antusiasme masyarakat tidak segelegar Jawa Timur dimana aku dilahirkan dan Merayakan hari raya.

Komentar

  1. sumenep memang is the best kak...
    makanya cepetan balik...sumenep menunggumu...

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah berkenan memberi komentar...