POLEMIK SOAL AHMADIAH

Persoalan implisit, dalam konteks keyakinan agama islam yang sudah dianggap final adalah, bernabi Muhammad SWT sebagai nabi terakhir, berkitab al-Quranul Karim dengan bahasa Arab, dan bertanah suci satu yaitu Mekkah al-Mukarromah. Keyakinan final ini kembali terusik setelah ada keyakinan baru, yaitu: munculnya nabi baru yang bernama Mirza Ghulam Ahmad, berkitab Tadzkirah dengan lima bahasa, dan bertanah suci Qadian dan Rabuah India.


Banyak dikalangan umat islam sendiri yang ‘jengkel’ atas ajaran Mirza ini, karena dianggap telah melecehkan dan mengusik keyakinan final umat islam yang semua faham keagamaan (Muhammadiah, NU, Persis, LDI, HTI, dan FPI) sudah tidak mempermasalahkannya. Kenapa ajaran Ahmadiah ini menjadi masalah? Karena masih mengaku bagian dari agama islam yang sudah final memutuskan nabi Muhammad Saw sebagai nabi terakhir, al-Quran sebagai kitab yang berbahasa arab, dan Mekkah sebagai tanah suci. Keyakinan Ahmadiah juga muncul menjadi masalah setelah isi ayat al-Quran di campur aduk dengan kata-kata Mirza Ghulam Ahmad (baca;kitab Tadzkirah) yang memasukkan pendapat pribadinya. Ini semua sudah dianggap penyesatan dan penyimpangan oleh sebagian besar umat islam di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia, diberbagai negarapun ajaran ini dikecam bahkan dilarang. Singapura dan Malaysia, sebagai tetangga serumpun, dengan tegas Negara melarang ajaran ini berkembang.

Solusi
Pendapat saya, jika memang Ahmadiah masih tetap mau melanjutkan faham dan ajarannya di bumi Indonesia, oke lanjutkan, dengan catatan tidak lagi mengatas namakan islam yang sudah mempunyai keyakinan final diatas, keyakinan tersebut tidak hanya didasarkan pada keyakinan umat islam saja, tapi juga didasarkan pada nash al-Quran dan sunnah Rosul yang Qat’e. agar kerukunan umat beragama yang sudah mulai terbangun dan tertata tidak kembali rusak hanya karena adanya keyakinan Ahmadiah yang sudah di cap sesat oleh Majelis Ulama’ Indonesia ini.

Selanjutnya, mari kita fikirkan untuk melakukan perbaikan negeri yang tercabik-cabik oleh timbunan kasus yang semakin menenggelamkan negeri ini dari kemakmuran dan kesejahteraan. Musuh utama kita sekarang sudah bukan keyakinan, tapi kebodohan dan kemiskinan.
Wallahu A’lam

Komentar