MENYAMBUT PEMILIHAN REKTOR IAIN SUNAN AMPEL YANG 'MESTERIUS'

Ditengah polemik RUU pendidikan tinggi, IAIN Sunan Ampel akan menghelat acara pemilihan rektor (pilrek) yang hanya ada 5th sekali. Dari informasi yang beredar dan tidak jelas sumbernya, pilrek dilaksanakan 19 Juli 2012, dan 26 Juli 2012. sampai tulisan ini ditulis (20 Juli 2012), tidak ada tanda-tanda pilrek itu dihelat. Yang pasti, pilrek dalam waktu dekat akan dihelat, Cuma waktu pilrek tersebut hanya orang tertentu yang tahu, itupun semuanya sangat mungkin ‘dikondisikan’ agar tidak memberitahukan kepada masyarakat umum. Termasuk kepada mahasiswa dan dosen IAIN Sunan Ampel sekalipun. Entah apa tujuannya, semoga dibalik ini ada maksud baik untuk masa depan IAIN Sunan Ampel.


Rektor IAIN Sunan Ampel, dalam statunya dipilih oleh jajaran senat Institut dan senat fakultas. Terdiri dari guru besar, professor, para dekan, pembantu dekan, perwakilan dosen dan masyarakat yang sudah ‘dikondisikan’.

System pilrek yang hampir sama dengan pemilihan pemimpin dalam konsep ahlul halli wal-‘aqdi ini sangat tidak apik jika tetap terus dipertahankan dalam waktu panjang. Dimana zaman sudah mulai berubah dan berbenah menuju yang lebih baik. Jika memang rektor IAIN Sunan Ampel sudah ‘harga mati’ harus dipilih oleh orang tertentu sebagaimana kreteria diatas, itu tidak masalah. yang lebih penting visi misi dari calon rektor harus dipublis ke khalayak umum. Agar bila sudah jadi rektor nanti, program-programnya bisa dikontrol oleh masyarakat umum.

Sekali lagi, bila memang benar pilrek mau dihelat dalam waktu dekat, apa visi misinya?, siapa saja calonya?. Program apa yang ditawarkan untuk menjawab atas sekian masalah yang ada, dan bagaimanakah ‘cara-nya’ dalam memajukan IAIN Sunan Ampel? Dan seabrak pertanyaan lain yang kudu dijawab dan disiapkan oleh calon rektor.

Tabulasi masalah itu penting, bagaimana mentabulasi masalah jika elemen didalamnya tidak sama sekali dilibatkan. Yang bersentuhan dengan proses belajar mengajar langsung adalah mahasiswa dan dosen. Mereka para penentu kebijakan mestinya ‘faham’ atas kejadian kecil apalagi besar yang terjadi dilingkungan IAIN Sunan Ampel.

Mereka dari kalangan tukang sapu, satpam, mahasiswa, dosen, dan civitas akademika dilingkungan IAIN Sunan Ampel harus tahu siapa calon rektornya, visi misinya, tawaran program untuk menjawab dari sekian problem yang ada. Jika dari beberapa elemen dianggap ada yang tidak layak untuk memberikan suara. Itu tidak masalah. paling tidak mereka ikut mendoakan atas calon rektor yang mempunyai visi misi, program yang dianggap terbaik dari sekian visi misi dan program baik lain yang ditawarkan oleh calon rektor.

Jika begini caranya, menurut saya, sulit dan lama mewujudkan IAIN Sunan Ampel berdaya saing dengan perguruan tinggi lain. Dalam negeri apalagi luar negeri.

Institusi ibarat sebatang tubuh. Dari sekian rencana yang dirancang oleh kepala, realisasinya diperankan oleh organ tubuh yang lain dengan peran yang berbeda. Dan, apabila ada salah satu organ tubuh ini bermasalah, semua elemen tubuh yang lain, sudah sepatutunya turut merasakan, dan kepala sebagai pusat punya peran vital untuk menentukan solusi apa yang ditawarkan dalam menjawab atas masalah yang dirasakan.

Masalah IAIN Sunan Ampel yang perlu penanganan serius
  1. Belajar mengajar yang tidak serius dan tidak jelas arahnya
Metode belajar mengajar, terkesan kayak kejar setoran sopir bus. Cepat. Dan sedikit dosen yang mencoba memahami kondisi mahasiswa yang tidak bisa belajar cepat. Dari kecepatan yang dikejar, targetnya pun tidak jelas. Sehingga diahir kuliah, bahkan setelah luluspun mayoritas mahasiswa merasa kebingungan atas dirinya sendiri dalam menentukan pilihan setelahnya.

IAIN Sunan Ampel kudu menyediakan ruang, agenda dan program husus atas mereka yang mempunyai kebutuhan husus. Bilamana tidak, lebih baik jangan menerima mahasiswa yang tidak memenuhi standart yang sudah ditetapkan. Dan, hilangkan mufakat kolutif dalam penerimaan mahasiswa baru. Mereka yang lulus hanya dari mereka yang memenuhi standart kelulusan yang sudah dibuat dan ditetapkan. Mufakat kulutif juga kemungkinan besar akan melahirkan generasi yang juga kulutif.

Saya tidak menyalahkan siapapun. Ini harus dievaluasi. Akankan terus menerus begini?. Ini memang tidak atas dasar penelitian diatas metode dan kertas mati, tapi bila mau membuktikan pernyataan diatas, langsung tanyakan pada mahasiswa yang sudah mau dan lulus kuliah dari IAIN Sunan Ampel. Ini, bukan hanya persoalan IAIN Sunan Ampel, Perguruan tinggi lain juga mempunyai persoalan yang sama. Tapi, IAIN Sunan Ampel kudu turut memikirkan dan terlibat aktif untuk mencarikan solusi atas persoalan diatas. Jangan bersikap ‘diam’ seperti saat ini. Agar stigma, bahwa IAIN Sunan Ampel adalah kampusnya mahasiswa yang ‘terbuang’ dari perguruan tinggi lain, sudah mulai kita hilangkan pelan tapi pasti 

Kegiatan praktikum
Kegiatan praktikum antara teori (petunjuk yang sudah ada) berbanding terbalik dengan realiasasinya. Praktikum memang sudah jalan, tapi tidak sesuai dengan waktu yang sudah disusun secara ideal. Agendanyapun lebih kayak seminar, dimana dipertemukan lagi dengan teori dan pernyataan-pernyaan yang hampir sama ditemui diruang kuliah. Mestinya praktikum turun langsung kelapangan dan terlibat aktif dalam kegiatan praktik yang dijalaninya. Pengalaman saya dalam menikmati praktikum, walaupun turun langsung kelapangan, masih kayak menerima materi kuliah dari dosen kelas. Metodenya terkesan serampangan, dosen yang ditunjuk kelapangan dan dosen pamong yang ditunjuk masih kebingungan atas hal yang harus dilakukan. Dari hulu-hilir harus diperjelas mulai dari konsep sampai tatanan aplikatifnya. Jangan hanya konsep tapi aplikasinya membingungkan. Jika dosen lapangan dan dosen pamong sudah kebingungan, bagaimana mahasiswanya?, ahirnya karena program tersebut harus jalan, program yang dilaksanakan hanya sekedar formalitas dan tidak sampai pada tujuan substantif yang di idealkan. Ketika sudah begini, semua jadi korban. Waktu, tenaga, biaya terbuang sia-sia. Mulai dari dosen lapangan, dosen pamong, dan mahasiswa yang melakukan praktik dilapangan.

Kegiatan Pendampingan mahasiswa
Dari informasi dan data yang saya punya, mahasiswa sudah ditarik dana kegiatan ini sejak tahun 2009. tapi realisasinya sampai sekarang belum terasa. Uang yang terkumpulpun diperkirakan sudah lebih dari 1 Milyar. Saya tidak mau memperlarut dalam hal mengapa program ini tidak berjalan, tapi lebih kepada hal yang harus segera dilakukan oleh IAIN Sunan Ampel agar mempertanggung jawabkan program ini untuk segera direalisasikan. Mayoritas mahasiswa angkatan 2006-2009 sudah tidak bisa menikmati program tersebut, walaupun mereka sebagian besar sudah ditarik dana kegiatan tersebut. Mahasiswa angkatan 2008 juga akan terancam tidak bisa menikmati program ini, lantaran Oktober 2012 besok sudah diprogram untuk diwisuda.

Program diatas, mestinya, inten dilaksanakan sudah sejak semester dini. Sebagaimana isi petunjuk agenda tersebut dilaksanakan. Harus ada program untuk mahasiswa angkatan 2008 yang diluar petunjuk agenda yang sudah ada. Entah seperti apa itu, perlu perundingan pihak terkait untuk segera merealisir hal tersebut. 

Disiplin waktu civitas akademika
Hanya satpam bagi saya, yang waktunya benar-benar disiplin. Mahasiswa, dosen, pegawai kesadaran desiplin waktunya masih sangat rendah. Ini juga menentukan kualitas kenerjanya selama bertugas. Bahkan tak jarang saya temui, pegawai IAIN Sunan Ampel, datang diatas jam 08:30, dan jam 13:00 sudah tidak ditempat kerjanya. Mempimpin harus mempunyai ketegasan atas hal diatas. Jangan mununggu sadar, karena kesadaran tersebut akan segera muncul jika ‘dipaksakan’ dan ditindak tegas atas mereka yang melanggarnya. Yang lebih penting, pemimpin harus bisa memberikan contoh dalam mengiringi ketegasan yang diambilnya. 

Transparansi Penggunaan Dana Kegiatan
Sebenarnya dalam Statuta[1] IAIN Sunan Ampel sudah jelas. Laporan pengelolaan keuangan IAIN Sunan Ampel harus diarsipkan diperpustakaan IAIN Sunan Ampel untuk diketahui oleh khalayak umum. Tapi sampai sekarang masih belum ada. Curiga harus ada. Termasuk dalam pengelolaan keuangan IAIN Sunan Ampel. Jika IAIN Sunan Ampel tidak segera memenuhi amanah statuta tersebut, sudah bisa dikatakan, penyelewengan dan penyalahgunaan dana kegiatan dipastikan ada. Semoga tidak terus seperti puncak gunung es.

Dari sekian hal yang saya tulis diatas, tidak atas dasar penelitian, tapi atas dasar hal yang saya ketahui dan saya rasakan.

Sudah saatnya IAIN Sunan Ampel meng-upgrade segala peraturan dan system yang tidak relevan dengan perkembangan jaman.

Transparan, terbuka adalah hasil reformasi dinegeri ini yang sudah berjalan 10th. Diperkuat dengan lahirnya undang-undang informasi publik dan pers sebagai pilar ke-4 dalam system demokrasi.

Jika dalam 10-15th yang akan datang IAIN Sunan Ampel tetap bertahan dengan systemnya yang hanya laku pada masa orde baru ini, maka menurut saya, IAIN Sunan Ampel akan ketinggalan kerata peradaban, dan mungkin digilas oleh perkembangan jaman yang menuntut perubahan yang dinamis.

*Gubernur Senat Mahasiswa Fakultas Syariah 2012-2013

[1] Statuta adalah kumpulan praturan dan perundangan institusi IAIN Sunan Ampel.

Komentar