MARHABAN YA RAMADHAN

Tanpa terasa, Ramadhan 1433 H kembali datang, bulan yang penuh berkah dan ampunan ini menjadi momentum yang pas untuk memberbaiki diri menjadi lebih baik dan lebih berkualitas. Keseharian kita yang bergelimang dosa, baik dosa kepada Allah dan kepada manusia, saatnya dimintai ampun dan memohon agar perjalanan hidup selanjutnya selalu dalam bimbingan dan ridha-Nya. Dalam hal apapun. Baik dalam hubungan kita dengan manusia dan yang lainnya.


Puasa sebagai ibadah yang ‘tersembunyi’ atas siapapun. Menahan lapar dan haus sejak tergelincir-terbenamnya matahari adalah tindakan wajib yang harus dilakukan oleh orang yang berpuasa. Formalnya begitu. Dibalik itu, sebenarnya terkandung nilai sejuta kebaikan atas manusia. Baik fisik dan psikisnya.

Jika puasa benar-benar mampu diinternalisir dalam pribadi kita yang masih mengandung sikap sifat binatang ini, maka sikap sifat binatang tersebut akan membentuk diri kita menjadi pribadi muslim yang luar biasa. Sikap sifat binatang diantaranya, saling membunuh, memangsa, menaklukkan, bebas menentukan pasangan seks. Sikap sifat manusia yang tidak dimiliki binatang tapi lebih parah dari binatang, mengadu domba, menfitnah, membicarakan kejelakan orang lain, korupsi dan sederet kebiasaan distruktif lain, saatnya kita upgrade menjadi sikap sifat yang baik.

Dengan puasa, mestinya kita juga mempuasakan diri ini dari tindakan kebinatangan sebagaimana diatas. Mata, telinga, hidung, mulut, tangan dan kaki kita, dipuasakan dari yang maksiat. Maksiat dalam arti, tindakan yang berkenaan dengan panca indra diatas tidak membawa dampak distruktif terhadap diri, orang lain, dan lingkungan.

Puasa Ramadhan selama satu bulan penuh, jika dimaksimalkan akan melatih diri ini untuk mempuasakan segala tindakan yang tidak berkenan pada diri, orang lain, dan lingkungan.

Puasa, juga mengajarkan kepekaan sosial atas sesama yang selama hidupnya serba kekurangan, terlebih dalam pemenuhan kebutuhan dasar hidupnya. Turut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain menjadi salah satu cara, agar kita bisa merasakan atas hal yang dirasakan oleh orang lain. Peka atas nasib sesama, menjadi satu dari sekian maksud puasa itu dijalankan.

Pada bulan Ramadhan, setiap perbuatan baik, diganjar oleh Tuhan 10x lipat dibanding perbuatan baik diluar bulan Ramadhan. Kenapa ini bisa terjadi?, saya hanya berspekulasi, karena bulan ini sebagai ajang untuk memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik, maka perbuatan baik tersebut diganjar 10x lipat dari pada ibadah diluar bulan Ramadhan. Karena bulan Ramadhan adalah ajang untuk memperbaiki diri, dimana kata ‘memperbaiki’ itu sendiri lebih ditekankan kepada tindakan, maka wajar jika Tuhan membuat keputusan tersebut. Kenapa?, karena perbuatan akan melahirkan kebiasaan, kebiasaan akan melahirkan kepribadian. Karena perbuatannya baik, akan melahirkan kebiasaan yang juga baik, karena kebiasaan baik, maka akan melahirkan pribadi yang baik. Pribada yang baik adalah pribadi yang mengendalikan sikap sifat kebinatangan, pribadi yang baik adalah pribadi yang memanusiakan manusia. Pribadi yang baik adalah pribadi yang tidak menimbulkan keresahan atas diri, orang lain dan lingkungannya.

Karana salah satu tujuan puasa adalah untuk memunculkan kepekaan sosial atas sesama, maka tak heran, diahir bulan Ramadhan, ummat muslim yang berpuasa dan mempunyai kemampuan, diwajibkan untuk mengeluarkan zakat fitrah untuk orang lain yang berhak dan layak mendapatkannya. Zakat dimaksud sebagai bentuk kepedulian kita yang mampu atas meraka yang kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup kesehariannya.

Selamat menunaikan ibadah puasa 1433 H
Semoga kita bisa menjadi pribadi muslim yang menjalankan ajaran dan amalan agama islam dengan baik.

Komentar