*Marlaf Sucipto
Rotasi kepemimpinan dalam suatu
organisasi, adalah suatu yang harus! Jika tidak, perjalanan organisasi tersebut
tidak bisa berjalan sehat dan maksimal. Untuk mewujudkan agar suatu organisasi
tersebut bisa berjalan sehat dan maksimal salah satunya adalah dengan dilaksanakannya
peralihan kepemimpinan dalam suatu organisasi. Pemimpin, adalah penentu utama
sebuah organisasi. Besar kecilnya tantangan yang akan dihadapi oleh organisasi,
perlu peran lincah pemimpinnya dalam menciptakan solusi. Baik melalui sikap
maupun tindakan yang akan dilakukan.
Ikatan Mahasiswa Sumenep (IKMAS)
di Surabaya adalah organisasi yang diperuntukkan untuk orang Sumenep yang menjadi
mahasiswa di Surabaya. ‘berjenis kelamin’ apapun saudara, lahir dari rahim
siapapun saudara, dan dari kelas ekonomi apapun saudara, jika masih dalam
tritorial kabupaten Sumenep, maka saudara berhak untuk menjadi orang yang turut
mewarnai IKMAS. Semua mahasiswa asal Sumenep yang berada di Surabaya punya hak
untuk menjadi angota, pengurus, lebih-lebih ketua IKMAS. Menjadi ketua IKMAS
tidak atas kerena anaknya siapa dan hartanya berapa. Tapi kerana sang calon
ketua tersebut punya kemampuan apa untuk menjalankan IKMAS lebih baik dari masa
yang telah dilalui. Itu penting dari sekian hal penting lain. Karena, sekali
lagi, ketua punya peran vital dalam menentukan perjalanan IKMAS kedepan.
Menjadi Pemimpin IKMAS
Menjadi ketua IKMAS, memang berbeda
dengan memimpin organisasi intra kampus sebagaimana saya menjadi Gubernur Senat
Mahasiswa (SEMA) Fak. Syariah. Di IKMAS, anomali cuaca politiknya tidak ada. Semua
warna, semua golongan berkumpul bersama. Berbaur. Walaupun kadang ada ‘suara
sumbang’ atas nama kelompok dan warna bendaranya. Tapi semua itu, tidak menjadikan
warga IKMAS terpecah apalagi mengusung maksud atas nama bendaranya. Kenapa? Karena
selain IKMAS bukan milik golongan tertentu, didalam IKMAS juga tidak ada ‘gula’
yang layak diperebutkan. Anggota, pengurus IKMAS berhak ‘soan’ ke Seniornya tanpa memandang senior itu berwarna bendera
apa. Tapi lebih karena sang senior tersebut ibarat Bapak sama anaknya. Siap ‘ngemong’ dan menampung segala keluh
kesah anaknya, termasuk untuk kebutuhan ‘jajan’ sang anak sekalipun. Orang tua
yang baik, hanya sampai pada pengarahan, agar anak punya sikap bijak dalam
menjalani hidup. Tidak perlu ikut campur, apalagi interventif atas pilihan dan
keputusan anak yang sudah diyakini baik. Biarkan anaknya kreatif dan inovatif
dalam memunculkan ide solutif dari sekian problem hidup yang dihadapi. Orang tua
cukup mendoakan, semoga sang anak, bisa lebih baik dari masa yang telah
dihadapi oleh orang tua dengan karya dan inovasinya sendiri.
IKMAS, tidak punya sumber dana
yang pasti. Pengurus; lebih-lebih Ketua, dituntut kreatifitasnya untuk ‘menghidup’-kan
organisasi ini. Tentunya dengan cara yang terhormat, tidak mengadaikan apalagi
menjual idealisme.
Kegiatan pembelajaran, kajian,
sebagaimana periode sebelumnya yang pernah ada, tetap terus dipertahankan,
kalau perlu ditingkatkan untuk menopang basic keilmuan warga IKMAS agar lebih
siap dalam menghadapi hidup yang semakin ‘liar’.
Kagiatan diba’, yang disakralkan
dari generasi kegenerasi. Saran saya, dipertahankan. Karena dengan diba’ itulah,
warga IKMAS dalam setiap minggunya bisa membangun canda dan tawa bersama. Keakraban,
dan kerekatan emosial antar sesame, akan terasah disitu. Keputusan untuk
berpisah, apalagi meninggalkan tanpa alasan, akan terasa lebih berat bila
emosionalitas kita sudah kadung merekat.
Di IKMAS, saatnya kita membangun
kepedulian, lebih-lebih antar sesama warga Sumenep ditengah hiruk-pikuk kota
metropolis yang beraroma individualis. Jika satu warga IKMAS ada yang sakit,
maka warga yang lain turut andil dalam mencarikan ‘obat’ agar segera sembuh. Jika
ada warga IKMAS yang bermasalah, maka warga IKMAS yang lain kudu turut membantu
dalam pencarian solusi atas masalah yang ada. Dan, bila ada warga IKMAS
berbahagia atas capaian sukses yang dicapainya, maka warga IKMAS yang lain,
dilibatkan. Walau sekedar ‘tumpengan’ yang bisa dinikmati bersama-sama.
Warga IKMAS, dirasa sudah
lengkap. Dengan spesifikasi jurusan dan profesinya masing-masing. Jika saling membantu
untuk menyempurnakan, kata mungkin untuk mencapai kesuksesan akan lebih mudah
dan lebih ringan. Karena itulah, Musyawarah Tahunan (MUSTA) 2012 mengangkat
tema “Song-Osong Lombhung; IKMAS Milik Kita Bersama” pantas menjadi renungan.
Selamat untuk Sang Putra Sumekar
Masduri sebagai ketua IKMAS periode 2012-2013, semoga bisa lebih baik dari masa
yang telah dilalui. Bersamalah dalam membawa IKMAS lebih baik.
*Pengurus IKMAS periode 2011-2012
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan memberi komentar...