Pertengahan
malam nanti, pergantian tahun 2012-2013 akan terjadi. Pasti terjadi. Kecuali
ramalan kiamat yg ditaksir pada 21 Desember 2012 oleh kalender kaum maya bakal
terjadi menjelang detik 00:00 nanti. Perayaan
tahun baru saya kenal dikota. Terlebih setelah saya berada dikota terbesar ke-2
di Indonesia ini. 4x sudah saya turut terlibat dengan mengelegarnya bunyi
trompet, macetnya jalan, menbludaknya mall, sesaknya tempat hiburan dan seabrak
kasak-kusuk kota yg bikin banyak orang stres.
Semarak tahun baru menjadi mementum yang pas atas
banyak hal. Mulai dari refleksi evaluatif atas tindak-tanduk selama tahun 2012
dan rencana agenda ditahun 2013, sampai ajang 'buang-buang' uang karena
terperangkap dalam jerat umpan ekonomi kapitalisme. Kaum
cerdik pandai yg besar hatinya, lebih memilih meng-evaluasi diri atas
tindak-tanduknya selama tahun 2012. Sejauh mana tindak-tinduk tersebut mampu
melahirkan manfaat atas dirinya dan lingkungan sekitar. Kaum
cerdik pandai yg kecil hatinya, malah banyak turut terlibat dalam tindakan yg
miskin manfaat, menjerat orang lain untuk berprilaku konsumtif. Mindset
masyarakat umum dibentuk agar membelanjakan uangnya tanpa batas mengejar prestise-prestise
semu.
Kemapanan seseorang diukur dari nilai belanjanya yg tinggi, semakin banyak
barang dan jasa yg bisa dibeli, semakin tinggi nilai kemapanan seseorang. Inilah
salah satunya yg membikin negeri ini semakin terpuruk dalam kubangan
kemiskinan, kebodohan, keserakahan. Semua
ini terjadi, karena ulah kaum cerdik pandai yg kecil hatinya. Bertindak untuk
kepentingan diri dan kroninya. Dipergantian tahun nanti, mari
jadikan momentum untuk meng-evaluasi diri. Sejauh mana tindakan kita yg
melahirkan manfaat, sekurang-kurangnya untuk diri kita sendiri dan lingkungan
sekitar.
Apakah tindakan
kita sudah jelas menfaatnya?, apakah
tindakan kita sudah tidak membawa kerugian?
Dua
pertanyaan diatas dirasa penting untuk difikirkan ulang. Dari sekian jawaban yg
akan terjadi, yg terpenting adalah tindakan positif apa yg akan kita lakukan?
Agar diri ini tidak terus menerus terjerembab dalam kubangan 'pembodohan' atas
diri sendiri maupun orang lain.
***
Gerakan
'pembodohan' dinegeri ini terus masif, jika kita turut terlibat dalam gerakan
tersebut, baik langsung maupun tidak langsung, kita termasuk orang yg turut
memperpuruk kondisi negeri ini.
Sampai kapan
gerakan pembodohan tersebut terus berlangsung?
Jawabannya
sederhana, sejak kapan kita berkometmen untuk tidak terlibat dalam gerakan
pembodohan tersebut. Gerakan pembodohan antara lain,
prilaku konsumtif diluar batas wajar, memprioritaskan prodak asing daripada
prodak dalam negeri, prilaku korupsi, manipulasi, dan tindakan lain yg substansinya
merugikan diri kita sendiri dan linkungan sekitar. Menurut
saya, dasar utama mengapa negeri ini terus mengalami keterpurukan, karena
alasan kebodohan. Karena bodoh, mudah digiring untuk berprilaku konsumtif,
karena konsumtif, apapun saja dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
tersebut. Jual diri, korupsi, kolusi, jual martabat adalah pilihan pintas yg
ditempuh. Parahnya, ditengah konsumtifisme yang tinggi, barang dan jasa yg jadi
idola, adalah prodak asing. Bangganya luar biasa bila kita sudah mampu membeli
prodak asing.
Mari,
pergantian tahun jadikan ajang untuk meng-evaluasi diri dalam memperbaiki
kehidupan kita untuk Indonesia lebih baik.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan memberi komentar...