Bebarapa waktu yang lalu, dalam
sebuah acara diskusi yang dihelat oleh kaum muda Mahasiswa, diawal acara
diskusi itu dihelat, saya bertanya, “Apa aktifitas saudara selama liburan?”,
dengan sepontan mahasiswa tersebut menjawab, “Nganggur Cak!”. Saya tidak heran
dengan jawaban tersebut, karena hampir semua orang berpandangan, aktifitas yang
tidak menghasilkan uang, apapun itu bentuknya, selama itu juga dikategorikan Nganggur.
Nah, dari dialog sederhana
diatas, melalui tulisan ini, saya ingin berbagi pandangan tentang
“pengangguran”.
Sebenarnya, ada banyak faktor
yang melatar belakangi terjadinya seseorang itu nganggur. Faktor yang
menurut saya urgen yaitu, tidak punya skill yang memadai,
dibidang apapun!. Sehingga ‘tidak laku’ untuk orang lain. Skill itu ada
tidak tiba-tiba, abra-kadabra, bim-salabim, tapi karena diasah, dilatih
secara serius. Dalam mengasah skill memang tidak semudah menyunggingkan
senyum, perlu kesabaran dan ketekunan. Dalam melatih sabar dan tekun, salah
satu tindakan nyata yang harus ditempuh adalah melawan rasa malas dan
menunda-nunda!. Selama rasa malas dan menunda-nunda bisa ditaklukkan,
kemungkinan besar skill yang diasah akan berhasil.
Dalam mengasah skill, harus
melalui beberapa tahapan proses, diantaranya, menentukan cita-cita. Setelah
cita-cita ditentukan, baru kemudian berfikir, bagaimana caranya untuk sampai
pada cita-cita tersebut. Nah, dalam menentukan ‘cara’ tersebut, ada
beberapa hal yang bisa ditempuh, diantaranya, belajar langsung sama
ahlinya, kemudian pelajari dari sekian buku yang memuat tentang, agar sampai
pada cita-cita tersebut, perlengkap lagi dengan tindakan untuk melakukan shering
dengan sekian orang yang dianggap mampuni dalam bidang cita-cita tersebut. Shering
dilakukan untuk menguji dan memperdalam dari sekian pengetahuan tentang
cita-cita yang dimaksud. Setelah beberapa rangkaian tersebut ditempuh,
evaluasilah tingkat keberhasilannya, tentukan hal yang sudah tercapai dan yang
belum tercapai. Nah, yang tidak tercapai itulah pelajari lagi, kenapa tidak
tercapai?, terus pelajari lagi dengan mengulangi beberapa tahapan diatas.
Selama beberapa tahapan diatas ditekuni, selama itu pula kemungkinan untuk
sampai pada cita-cita yang di inginkan lebih mungkin dicapai.
Mereka yang hanya bercita-cita
tanpa didukung oleh usaha maksimal, selama itu pula cita-cita tersebut hanya
sekedar cita-cita. Tidak akan pernah menjadi nyata.
Sungguh penting skill,
tanpa skill seseorang akan kelimpungan. Skill juga yang akan
menentukan nasib seseorang diabad ke-XXI ini, abad yang mempertaruhkan skill
sebagai ujung tombak ketercapaian seseorang dalam hal apapun saja yang
dipertaruhkan. Skill sebagai pertaruhan satu-satunya dalam peradaban
kehidupan manusia kini. Tanpa skill, bisa jadi manusia dianggap mati!.
Kenapa saya berani mengatakan skill
sebagai satu-satunya aspek penting yang harus diperhatikan?, karena skill
akan menjadi kunci seseorang dalam menentukan keberhasilan hidupnya.
Kembali lagi kepada dialog dengan
mahasiswa diatas, sebenarnya, kaum muda, terlebih yang menjadi mahasiswa, punya
peluang yang sangat besar dalam mengasah skill tersebut. Fisik masih
sehat, otak masih segar, diasah untuk mengigat dan menghafal hal-hal yang berat
sekalipun masih mungkin, psikis belum punya tekanan sebasar orang tua. Kebutuhan
hidup sehari-hari rata-rata masih di suplai sepenuhnya oleh orang tua atau yang
mewakilinya. Ini peluang emas dalam mengasah skill, selama kaula muda
mampu memaksimalkan waktunya dalam mengasah skill tersebut, selama itu
pula harapan menjadi orang sukses itu lebih mungkin. Kenapa?, karena orang
sukses dan orang hebat yang kita temui, rata-rata melalui proses yang tidak
mudah dan pertaruhannya adalah skill.
Jika dengan menyandang status
mahasiswa masih merasa nganggur, berarti mahasiswa tersebut belum bisa mempersibuk
dirinya dalam mengasah skill sebagai senjata utama setelah mahasiswa
tersebut lulus. Hanya sebagai contoh, jika misal saudara berada di fakultas
hukum, pelajari betul tentang hukum, asah betul akan penguasaan tentang hukum,
sehingga tentang hukum benar-benar bisa memahami dan memperaktekkannya, setelah
lulus, skill di bidang hukum itulah yang akan dipertaruhkan. Begitu juga
dengan fakultas lain. Bila skill-nya ecek-ecek, bisa jadi tidak
laku, ketika tidak laku, kadang mau melakukan apa saja agar bisa menghasilkan
uang, termasuk korupsi sekalipun.
Maka dari itulah, mari, atas nama
kaula muda, hususnya yang menyandang status mahasiswa, agar memaksimalkan diri
dalam mengasah skill diantara kita. Karena bila skill sudah laku,
uang dan yang lainnya, akan ikut dengan sendirinya.
Pentignya Skill
Dalam beberapa bulan terahir ini,
saya mengamati daftar lowongan pekerjaan yang di iklankan di media. Hampir 99%,
pertaruhan utamanya adalah skill. Termasuk bila mau jadi Pegawai Negeri
Sipil (PNS) sekalipun, sudah tidak lagi menggunakan pendekatan ‘wani piro’ sebagaimana
pernah marak terjadi pada zaman Orde Baru. Tapi harus melalui proses seleksi
yang ketat berdasarkan skill yang ada. Skill seakan-akan penentu
segalanya, walaupun yang lain juga menentukan.
Ternyata, tidak hanya peluang
kerja yang di iklankan di media yang memprioritaskan skill, tapi juga
peluang kerja dibidang ngupas kelapa muda, cukur rambut, sol sepatu,
sampai tukang bersih-bersih sekalipun membutuhkan skill yang memadai. Asah
dan pertajamlah skill, karena bila tidak, bersiap-siaplah tergilas oleh
peradaban hidup yang sudah mempertaruhkan skill.
Selamat datang di abad pertaruhan
skill!
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan memberi komentar...