Hari ini,
kemungkinan menjadi hari terkhir atas sebagian umat muslim yang menjalankan
ibadah puasa Ramadhan 1434 H.
Atas meraka
yang menjalankan puasa sejak 10 Juli 2013, hari ini, 7 Agustus 2013, umur
puasanya sudah mencapai 29 hari. Sambil menunggu keputusan pemerintah, melalui
Menteri Agama, setelah dilakukan sidang isbat dengan perwakilan Organisasi
kemasyarakatan (ormas) di seluruh Indonesia, untuk memutuskan waktu jatuhnya 1
Syawal 1434 H. Maka, melalui tulisan ini, saya mengajak merefleksikan perjalanan
puasa yang sudah dijalankan.
Puasa, selain
tindakan menahan dari lapar, haus, dan hubungan seksual suami istri, mestinya
juga harus menahan/mengendalikan diri dari tindak-tanduk yang tidak baik.
Kegiatan "menahan" selama satu bulan penuh, bila benar dihayati
secara seksama, maka akan mempengaruhi sebelas bulan berikutnya agar tetap
terus menahan/mengendalikan diri dari sikap sifat binatang yang merugikan.
Puasa juga, dalam rangka memunculkan kepekaan sosial atas sesama. Peka atas
rasa lapar dan haus yang masih banyak dirasakan oleh orang yang jelas-jelas
tidak cukup makan dan minum, yang kemudian melahirkan kepedulian berbagi dengan
mereka yang hampir tiap detik menahan lapar dan haus sepanjang waktu. Selain
itu, untuk umat muslim yang mampu, agama mensyariatkan agar mengeluarkan zakat
fitrah, sebagai rangkaian akhir dalam bilasan penyucian diri, menyongsong
kehidupan yang bersih dan suci.
Tak heran,
bila Tuhan menjajikan pahala yang berlipat atas tindak kebijakan yang telah
diperbuat. Tak heran pula, bila Tuhan dalam bulan berkah ini, memilih satu
malam istimewa, yang bila beribadah pada malam tersebut, ibarat beribadah
seribu bulan penuh (83 Tahun 4 Bulan), yaitu malam yang disebut, "Lailatul
Qadar". Lailatul Qadar dirahasiakan turunnya, yang pasti, oleh Tuhan
diturunkan diantara malam ke-1 sampai ke-30 di Bulan Ramadhan. Supaya manusia
terus berusaha melakukan yang terbaik dalam beribadah dan melakukan kebajikan.
Idul Fitri,
sebagai puncak kulminasi muslim dalam beribadah di Bulan Ramadhan. Puncak dari
segala cara dan upaya dalam mendarmakan diri atas Tuhan yang Esa. Darma yang
berimplikasi suci nan bersih atas diri, dan darma yang berimplikasi bahagia
atas sesama karena tindakan bajik yang telah terlaksana, baik kebajikan
tersebut termanivesto dalam bentuk zakat fitrah, sedekah, dan tindakan baik
lainnya. Sehingga semua mahluk patut dan layak bersuka cita atas sekian nikmat
Tuhan yang terasa. Yang kaya bergembira karena telah berbagi kekayaannya. Yang
miskin pun turut berbahagia karena telah mendapatkan haknya dari mareka-mereka
yang kaya.
Semua
bergembira, semua bersuka cita, semua berbahagia, semua melantunkan dzikir
syukur, baik sendiri, bersama, pelan, keras melalui corong pengeras suara yang
terpasang di Surau, Musholla, Masjid, lapangan, dan Bumi Allah lainnya. Syukur
Tahmid, Tasbih, yang luar biasa gelagarnya semakin memantapkan diri kalau semua
mahluk berada di bawah kuasa-Nya.
Allahu
Akbar-Allahu Akbar-Walilla hilhamd.
Setiap insan,
tanpa memandang ras, suku, agama, budaya, adat, bermaaf-maafan, menanggalkan
sikap-sifat binatang yang merugikan, berbagi kasih dan sayang, sebagai
perwujudan dari sifat Tuhan yang Maha Rahman dan Rahim.
Akhirnya,
kita semua adalah PEMENANG, memenangi peperangan melawan sifat-sikap diri kita
sendiri yang merugikan.
Selamat Hari
Raya Idul Fitri, Mohon Maaf lahir dan Bathin.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan memberi komentar...