Pada Senin, 12 Agustus 2013, TvOne menyelenggarakan debat kandidat
Calon Gubernur-Wakil Gubernur (Cagub-Cawagub) Jawa Timur. Pada Rabu, 21 Agustus
2013, MetroTv juga mengadakan acara yang sama dan dalam kurun waktu yang juga
hampir sama. Sama-sama dilaksanakan diantara jam 19:05-21:05pm. Yang membedakan
diantara acara keduanya, TvOne mendatangkan panelis, sedangkat MetroTv tidak.
Dari sisi pertanyaan dan materi debat, substansinya sama dan disampaikan dengan
cara dan gaya yang berbeda.
Ada beberapa hal yang dirasa menarik dalam debat ini; Debat
Cagub-Cawagub baru kali pertama diadakan sepanjang sejarah pemilihan
Gubernur-Wakil Gubernur di Jawa Timur. Debat ini, menjadi satu dari sekian
media atas rakyat untuk menilai kualitas diri dari masing-masing calon.
Penilaian inilah yang salah satunya juga akan menentukan rakyat untuk
menentukan suaranya dalam pilgub yang menurut jadwal akan dilaksanakan pada
Kamis, 29 Agustus 2013. Dalam jangka waktu yang pendek maupun panjang, acara
seperti ini sungguh sangat diperlukan. Dalam jangka waktu yang pendek, semua
yang disampaikan oleh calon selama pelaksanaan debat, baik janji politik maupun
rencana program-programnya, dapat diketahui dan diuji, apakah janji dan program
tersebut sesuai dengan problem dinamika masyarakat kekinian?!. Juga,
program-program yang telah dijanjikan, ketika nanti benar terpilih menjadi abdi
rakyat, maka rakyak berhak mengontrol dan menegur apabila program tersebut
tidak dijalankan. Walaupun saat ini, dampak debat, saya rasa masih belum bisa
memberikan dampak yang signifikan atas pemilih di Jawa Timur. Mengingat,
kebodohan dan kemiskinan rakyat masih kuat membelengu. Dalam jangka waktu yang
panjang kedepan, sambil lalu meningkatkan semangat belajar, bekerja secara
giat, aktif, dan cerdas. Debat akan berkontribusi besar atas kualitas calon
yang akan memperebutkan kursi Gubernur-Wakil Guburnur. Acara debat kali ini,
karena masih baru memulai, masih bernuansi srimonial dan tidak akan berpengaruh
banyak atas sikap pemilih dalam menentukan pilihan politiknya.
Selama pelaksanaan debat, ada catatan yang saya buat, barangkali ini
masuk dalam misi calon, nomor urut 1, akan melanjutkan program pengurangan
kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, mewujudkan keadilan dan kemandirian,
dan mewujudkan daya saing ekonomi pada tahun 2015. Nomor urut 2, mewujudkan
masyarakat yang iman dan taqwa kepada Tuhan yang maha esa, menegakkan hukum
setegak-tegaknya, dan memotong gajinya sebanyak 40% untuk rakyat. Nomor urut 3,
memberikan bantuan kepada seluruh kepala desa sebanyak 500 juta dalam setiap
tahunnya, menggratiskan sekolah sejak SD-SMA, menekan konflik horizontal sesama
warga masyarakat, akan menyelesaikan kasus Lapindo dalam 100 hari masa kerja,
bantuan koperasi desa di seluruh Jawa Timur, pemenuhan Hak Azasi Manusia (HAM),
akan menutup prostitusi Dolly di Surabaya dengan menyetop kaderisasi PSK dan
memberikan pembinaan atas PSK yang sudah terlanjur bekerja, akan menandatangani
pakta integritas dengan KPK untuk tidak melakukan korupsi, mulai dari Gubernur
sampai kepala desa. Nomor urut 4, akan memposisikan diri sebagai administrator
dan fasilitator, mewujudkan transparansi di semua lini, akan memberikan
pengawasan yang ketat atas setiap lembaga Negara yang berada di bawah naungannya,
baik pengawasan internal maupun eksternal. Akan menerapkan close management, akan memaksimalkan anggaran pendidikan sebesar
20% dari anggaran sekarang yang Cuma 7%. Tidak membiarkan rakyat mencari
keadilannya sendiri sebagaimana rakyat Sidoarjo yang terkena dampak lumpur
Lapindo, akan melakukan pembagian pajak secara adil dengan pemerintah
kabupaten/kota, dan akan menjamin hak untuk bekerja dan hak untuk memilih
tempat kerja atas para Tenaga Kerja Indonesia/Wanita (TKI/W) yang berasal dari
Jawa Timur.
Debat ini, satu sisi kurang menguntungkan pada nomor urut satu
selaku incumbent, menjadi evaluasi
total dari masing-masing calon yang lain. Tapi di sisi yang lain, akan menjadi
peluang besar untuk meyakinkan rakyat kalau program-programnya patut didukung
dan dilanjutkan. Berdasarkan prestasi dan capaian nyata yang sudah ditempuhnya
selama satu priode. Incumbent juga
bisa memaksimalkan anggaran pemerintah yang tersisa untuk program-program nyata
kepada masyarakat, lebih-lebih yang dilakukan menjelang detik-detik sebelum
pemilihan umum. Asalkan prosedural dan benar menurut hukum, maka akan selamat
dari ‘bidikan’ KPK. Incumbent juga,
dengan lantang menyilakan KPK untuk melakukan verifikasi atas keuangan provinsi
sebelum pilgub dilaksanakan. Ini pernyataan lugas yang secara formal tegas
mengatakan, bahwa keuangan provinsi bebas dari pengemplangan. Semoga saja tidak menjadi kartu As dan pukulan talak
atas lawan-lawan politiknya. Incumbent didukung
oleh 31 partai politik, sedangkan calon-calon lain, masing-masing didukung oleh
satu partai politik, satu orang calon, mencalonkan diri atas nama independent (tanpa partai politik).
Munculnya calon selain incumbent,
juga memberikan peluang emas dalam menyuguhkan rencana program yang lebih
baik dari program yang telah dijalankan oleh incumbent. Rencana program ‘dipoles’ secara apik, cantik, dan realistis untuk meyakinkan pemilih untuk berubah
menjadi lebih baik. Bahkan tidak sedikit manuver-manuver politik yang se
akan-akan menjelaskan, “jika incumbent memenangi
pemilu, maka 5 tahun yang akan berlangsung, akan sebagaimana situasi dan
kondisi 5 tahun yang sudah berlalu”. Segala ketimpangan sosial, ketidakadilan,
diskriminasi, konflik sosial, akan sebagaimana yang dirasakan saat ini. Tetap
atau berubah?!
Calon yang di dukung oleh partai politik, iklannya yang dicetak
baleho besar-besar, dan iklan yang dimunculkan di telivisi panjang-panjang
dengan menyuguhkan prestasi gemilang dan tokoh berpengaruh yang telah membawa
perubahan. Calon independent, sampai
detik ini, belum saya temui iklan elektroniknya.
Calon nomor urut;
1.
Soekarwo dan Syaifullah Yusuf
2.
Egi Sudjana dan M. Sihat
3.
Bambang Dwi Hartono dan MH Said
Abdullah
4.
Khofifah Indar Prawansah dan
Herman
Sekedar tambahan, menurut data yang dibacakan oleh pembawa acara
debat, warga Jawa Timur saat ini berjumlah 38 juta penduduk dengan 19 juta
angkatan kerja. berada di urutan ke-32 dari 33 provinsi di Indonesia penilaian
demokrasinya. Untuk daerah padat penduduk, seperti Surabaya, ketercemaran
lingkungan, baik atas air maupun tanah sudah mencapai puncak kritis. Ada 226
perkara korupsi yang sekarang mengendap di Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, dan
kasus sengketa tritorial gunung kelud antara pemerintah Kediri-Blitar yang
tidak kunjung usai. Kasus Lapindo dan kasus-kasus yang lain sedang menunggu
penanganan yang tepat dan trobosan cekat oleh pemimpin baru masyarakat Jawa
Timur nanti.
Tulisan ini tidak mewakili seluruh misi calon Gubernur Jawa Timur
yang akan memperebutkan posisi sebagai wakil rakyat, hanya sekedar catatan
kecil untuk referensi atas pembaca dalam menentukan pilihannya. Mereka adalah
kader terbaik masyarakat Jawa Timur, program-program yang telah mereka
janjikan, semuanya baik, sesuai dengan dinamika sosio-politik, ekonomi, hukum di
masyarakat. Pilihlah mereka sesuai dengan keyakinan kita masing-masing, atau
bila misal enggan untuk memilih (golput), tidak perlu memprovokasi yang lain
untuk ikut-ikutan golput. Karena bagaimana pun, kita hidup membutuhkan
pemimpin, walaupun setiap warga juga berhak untuk tidak memilih pemimpin.
Salam hormat.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan memberi komentar...