PMII SYARIAH BERKIBARLAH (Refleksi Atas Pelantikan Sahabat Irfan Jauhari Sebagai Ketua PMII Rayon Syariah)
Pada
2 November 2008, saya ikut sebagai peserta Masa Penerimaan Anggota
Baru (Mapaba), yang ketua pelaksananya waktu itu, Sahabat Umar Faruq,
Mahasiswa Jurusan Akhwalus Sakhsiyah angkatan 2007. Pada 29 Maret
2009, saya kembali ikut Pelatihan Kader Dasar (PKD), Ketua
pelaksananya adalah Sahabat Hopiluddin, Mahasiswa satu angkatan
dengan ketua Mapaba. Bergabung dengan organisasi mahasiswa terbesar
secara kuantitas di lingkungan IAIN Sunan Ampel ini, pengalaman
berkesan pertama yang saya dapat, sewaktu mengikuti Mapaba,
ditempatkan di tempat yang seram, tanpa penerang listrik, Toilet yang
terbatas dan saluran airnya macet-macet, jika malam tiba sebagian
sahabat disurupi mahluk halus, tempat istirahat tidak dilengkapi
dengan alas penahan dingin di tengah cuaca yang amat dingin, dan yang
tidak bisa dilupakan sampai sekarang, bersama sahabat terdekat, Abd.
Muni, namanya, dikejar anjing sewaktu buang hajat di hutan.
Mengingat, toilet tempat acara, sudah full hajat sahabat-sahabat yang
belum ditelan air. Kami dikejar sampai kurang lebih 100 meter, dengan
celana dan sepatu yang ditenteng. Akhirnya, diselamatkan oleh warga
sekitar yang tidak lain adalah pemilik anjing tersebut.
Memasuki
kegiatan PKD, tempatnya sudah lebih layak, walaupun konsumsinya
sering bikin perut kembung karena nasinya kurang matang. Yang masak
sahabat-sahabat OC bidang konsumsi yang cara masaknya masih amatir.
Dari
dua cerita singkat pengalaman mengikuti kegiatan acara yang
diselenggarakan oleh PMII Syariah, dengan posisi saya sebagai peserta
dan menjadi kader di tingkat dasar, maka, hal penting yang ingin saya
share-kan adalah, "Hidup selalu penuh perjuangan dan
pertarungan", istilah lainnya, hidup terus mengalami "Selection
update". Pengalaman-pengalaman pahit selama Mapaba, mempengaruhi
jumlah quantity peserta PKD, tidak hanya sampai disitu, mereka-mereka
yang tetap terus melanjutkan sebagai kader, semakin hari semakin
mengecil, terseleksi secara alamiah, hanya "pemenanglah"
yang terus eksis sampai diposisi kepengurusan.
Selain
itu, keputusan anggota baru untuk memutuskan diri menjadi kader, juga
ditentukan oleh kualitas diri dari masing-masing pengurus organisasi
yang ada. Kecenderungan yang masih dipakai, kanibalisasi sesama
pengurus dan atas kader. Alasan rata-ratanya sungguh naif, politik
praktis pragmatis!
Pada
21 Mei 2011, saya masuk dalam bursa calon ketua Rayon. Saya tidak
terpilih sebagai ketua rayon, tapi saya ditunjuk oleh ketua terpilih
sebagai ketua 1 yang membidangi pengembangan intelektual. Selama
sebagai pengurus, ide-ide yang bersifat intelektualitas, kalah
menarik sama isu-isu politik, baik dinamika politik di organisasi
intra maupun ekstra kampus. Dinamika politiknya tidak jauh beda
dengan dinamika partai politik yang terus berkembang. Waktu itu,
walaupun peminat kajian kecil, dan tidak didukung oleh ijtihad
politik mayoritas pengurus dan para kader, kajian tetap diadakan, dan
terus mengajak tanpa ada pemaksaan atas semua kader yang ada. Karena
"kegoblokan" saya waktu itu, kemasan kajian tetap kalah
menarik sama isu-isu politik sebagaimana saya paparkan di atas.
Kebutuhan Snack, minum-minuman, dan rokok yang secara nyata menjadi
kebutuhan pribadi sewaktu kajian, dibebankan sama sahabat-sahabat
yang hadir dengan melakukan "Bantingan" (patungan uang
sesuai dengan makan-minum yang dipesan). Selain itu, karena
keterbatasan yang saya miliki, saya tidak mampu menggugah kasadaran
mayoritas kader untuk "menelanjangi" buku dan menulis
sebagai aktifitas menyenangkan. Tidak behasil banyak dalam meng-kader
sahabat-sahabat untuk tekun membaca dan bisa menulis. Sahabat-sahabat
yang concern di bidang "kutu" buku dan kepenulisan ini juga
sudah kalah banyak sama sahabat-sahabat yang concern di bidang
politik. Mencari patner dari kalangan sahabat pergerakan, untuk
pengembangan intelektual, waktu itu sungguh sulit dan terbatas, saya
tidak menemukan ruang sharing yang bagus, khususnya sesama pengurus.
Saya terus mengupayakan yang terbaik, dengan salah satunya menemui
senior-senior yang concern di bidang intelektual yang juga sangat
terbatas. Dengan keterbatasan, selama satu tahun saya menjabat
sebagai pengurus, tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali kajian
rutin seadanya dan bulletin mingguan yang pernah saya gagas. Itu pun
tidak terbit normal setiap minggu karena terbatasnya stok penulis.
Soal dana, sudah di backup senior dari unsur dosen setiap kali
bulletin tersebut diketahui terbit.
Melalui
tulisan ini, saya berharap banyak kepada generasi penerus untuk terus
ada yang concern di bidang pengembangan intelektual. Karena
organisasi ini bukan organisasi politik sebagaimana partai politik,
maka kegiatan di bidang keintelektualan, khususnya pengembangan faham
Ahlussunnah waljama'ah ala Hadarotus Syaikh Hasyim As'ari, mohon
lebih diseriusi, fokus dikembangkan, ditingkatkan sesuai dengan
dinamika jaman kekinian. Dengan tetap terus berpegang pada prinsip,
"Memilihara kebudayaan lama yang baik, dan menciptakan
kebudayaan baru yang lebih baik".
Buat
kegiatan rutin, yang dihadiri secara serius oleh semua kader, baik
pengurus maupun anggota. Kegiatan seperti Tahlilan tiap malam Jumat,
misalnya. Dan kegiatan lain yang mendukung untuk pengembangan diri
atas ilmu, bakat, dan minat semua kader. Dalam setiap pertemuan,
biasakan "Bantingan" (urunan se-ikhlasnya), tidak hanya
untuk makan-minum, rokok yang sudah mengkarakter menjadi suguhan
wajib setiap kali pertemuan, tapi juga untuk kas rayon. Setiap kali
bantingan, hasilnya dihitung, dan diumumkan untuk diketahui oleh
seluruh kader sebagaimana infaq Masjid setiap hari Jum'at. Terus
lakukan secara rutin setiap kali pertemuan. Dan umumkan setelah
"pendapatan" bantingan tersebut diakumulasikan dengan kas
yang sudah ada. Jika rutinitas bantingan, yang didukung oleh catatan
dan pelaporan yang dikelola secara professional berjalan baik, maka
PMII Syariah secara institusional, punya peluang untuk menyediakan
layanan "Pembiayaan" sebagaimana dijalankan oleh Bank Mini
Syariah (BMS) Fakultas Syariah. Di awal-awal membuka layanan
pembiayaan, persyaratan utamanya adalah harus kader PMII Syariah dan
ijazah terakhir sebagai jaminannya. Kebutuhan kader, yang bersifat
produktif maupun konsumtif, bisa memanfaatkan layanan pembiayaan yang
diadakan oleh PMII Syariah. Butuh Laptop, misalnya, tinggal menemui
sahabat yang ditunjuk melayani pembiayaan tersebut. Jika harga Laptop
seharga 2 juta misalnya, maka dijual sama kader seharga 21 juta
dengan pembayaran yang dicicil selama waktu yang telah disepakati.
Entah sebulan sakali, atau seminggu sekali.
Laju
gerak layanan pembiayaan, dan pendapatan kas yang didapat setiap kali
pertemuan, terus catat dan laporkan secara terbuka atas semua kader.
Akuntabilitas dan kredibelitas jangan sampai ternoda oleh oknum yang
dapat merusak kepercayaan semua kader. Mereka-mereka yang akan
ditugaskan dalam bidang pelayanan pembiayaan, harus melalui proses
seleksi yang mengedepan kemampuan me-manage secara professional.
Jika
bantingan dan layanan pembiayaan ini dapat diterapkan secara baik,
maka kagiatan pengkaderan, pengembangan kualitas kader, kegiatan
sosial kemasyarakatan, dan kegiatan lain yang produktif, bermanfaat
atas manusia dan alam, akan bisa dihelat tanpa harus pontang-panting
kesana kemari mencari dana untuk membiayai setiap rencana kegiatan.
Mari,
mental pengemis dalam model apa pun sudah waktunya ditanggalkan,
ganti dengan mental pemberi manfaat atas diri, orang lain, dan alam.
Bukannya al-Quran sudah mengatakan, dengan majasnya yang mengesankan,
"Tangan yang di atas, lebih baik dari tangan yang di bawah".
Artinya, memberi lebih mulya dari meminta-minta.
Salam
Hormat.
*Kader
PMII Rayon Syariah
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkenan memberi komentar...